SemangatKarin.com

Catatan Harian dan Semangat Hidup Seorang Penderita Lupus

Soto Kriuk, Nikmatnya Bikin Sejuk

Nasi Soto Kriuk | Dok Pribadi

Sejatinya saya bukanlah penikmat soto. Namun entah kenapa pada Rabu, 10/4 saya begitu ingin menikmati soto. Pada hari itu, saya (yang anak kost-kostan) sedang tidak memasak. Tepatnya sih agak malas memasak. Berhubung kondisi tubuh sedang tidak fit dan bersamaan saya ada urusan luar yang harus diselesaikan. Kepingin yang segar-segar dan yang terlintas adalah makan soto.

 

Maka meluncurlah saya dari kost di daerah Paseban, Senen menuju Stasiun Gambir di Jalan Medan Merdeka Timur. Saat berangkat, waktu menunjukkan hampir pukul 12 siang. Saat yang pas untuk makan siang sekaligus mengenyangkan perut.

 

Sesampai di Stasiun Gambir, segera saya melangkahkan kaki menuju gedung stasiun. Saya sudah tahu, warung soto mana yang hendak dituju. Ah bukan warung sih karena di stasiun pada lantai dasar dan duanya telah disulap menjadi toko-toko yang didominasi oleh tenant makanan. Lokasi tenant yang saya pilih berada di lantai dasar dekat tangga menuju ke fastfood Hoka-Hoka Bento. Nama tenant-nya Soto Kriuk.

 

Ruangannya cukup besar, dapat menampung sekira 40-an orang. Meja dan kursinya sederhana dan interior tenant biasa saja (kalau menurut saya). Pada satu dinding dekat pintu keluar masuk terdapat gambar grafiti soto Kriuk. Mangkuk besar berisi soto berlatar pesawat terbang, gedung tinggi, mobil dan pom bensin. Tidak instagram seperti trend kafe-kafe kekinian. Biarkan saja. Toh bukan itu yang saya pentingkan. Melainkan makanannya.

 

Kebetulan kala saya tiba di sana, kondisinya tak begitu ramai meskipun jam makan siang. Saya memilih duduk di dekat meja kasir dan pemesanan. Seorang pramusaji lekas menghampiri dan menanyakan pesanan saya. Tipikal perut saya, makan sering tapi porsi tidak banyak untuk sekali makan. Jadilah saya memesan nasi soto yang porsinya tidak terlalu banyak.

 

Kalau kita pernah melihat soto kudus yang disajikan dalam mangkuk kecil dan sendok bebek dari stainless, nah beginilah penampakan soto kriuk. Akan tetapi isinya berbeda. Dikatakan oleh pramusaji yang mencatat pesanan saya bahwa seporsi soto kriuk berisi toge, suwiran ayam, irisan daun seledri, bawang goreng, kriukan dan seiris jeruk nipis yang disisipkan di bibir mangkok ketika disajikan.

 

Sedangkan soto kudus, menggunakan irisan kol dan tidak pakai kriukan. Oh ya kriukan ini adalah tulang yang digoreng garing lalu mungkin ditumbuk kasar. Kriukan ditaburkan sebagai topping soto. Menurut si pramusaji (lagi) ini lah yang merupakan asal muasal nama soto kriuk. Saat kita menyantap soto dan menguyah toppingnya, memang akan terasa renyah kriukan tadi atau menimbulkan bunyi kriuk-kriuk.

 

Tahu nggak? Sebelum mengetahui ini dari pramusajinya, awalnya saya kira kriukan tadi adalah usus ayam yang digoreng kering lalu dijadikan remah-remah. Dugaan ini muncul ketika pertama kali menyantap soto Kriuk. Ya, ini kali kedua saya makan di Soto Kriuk.

 

Nah karena ada kriukan inilah yang menjadikannya berbeda dengan soto lainnya. Saya tidak tanya lengkap bagaimana proses menjadikan si tulang hingga kriuk. Kalau saya menulis digoreng hingga renyah lalu ditumbuk, kan hanya prediksi. Mungkin kalau besok-besok ada kesempatan makan di sini lagi, akan saya tanyakan ke karyawannya.

 

Kalau soal ayam yang digunakan sih standar saja. Menurut pengakuan si pramusaji (mas-mas) soto kriuk menggunakan ayam negeri. Ah coba pakai ayam kampung ya? Pasti lebih nikmat kuahnya. Walau konsekuensinya membuat harga seporsi soto jadi melambung.

 

Menu yang saya pesan itu saja dihargai Rp26ribu. Kalau soto saja Rp22ribu, soto dan nasi disajikan terpisah Rp27ribu. Selain soto ayam, juga ada soto daging. Hanya sepengamatan saya, kebanyakan konsumen yang makan memilih soto ayam.

 

Berbagai Kodimen Soto Kriuk | Dok Pribadi

Makanan utama biasanya ada pendamping dan begitu juga soto yang saya pesan. Bersamaan menyajikan soto, pramusaji juga membawakan seporsi makanan pendamping semisal tahu, tempe, perkedel, sate telur puyuh. Harganya bervariasi mulai Rp5ribu. Juga ada kerupuk, rempeyek dan lain-lain sebangsanya.

 

Ketika hendak disantap, soto dikucuri jeruk nipis dahulu supaya rasa kuahnya semakin segar. Sebagai kodimen, tersedia garam, kecap manis dan sambal. Tambahkan sesuai selera lalu aduk rata dan soto siap dinikmati. Saya mengucuri jeruk nipis di atas soto, menambahkan sedikit garam, sambal dan kecap manis. Tetapi karena saya menyukai rasa soto yang cenderung manis, maka untuk kecap sengaja saya tuangkan agak banyak. Rasanya jadi manis, gurih, pedas dan ada sedikit asam. Sebagai pelengkap, saya menyantap sepotong tempe goreng yang diberi kecap manis.

 

Kesannya seporsi nasi soto yang saya pesan ini sedikit ya? Nyatanya tidak demikian. Mungil dalam tampilan, besar dalam perut alias sanggup mengenyangkan kelaparan saya. Malah saat tinggal beberapa sendok, saya merasakan kenyang menghampiri. Tapi saya paksa juga habiskan plus sepotong tempe.

 

“Soto Kriuk ini asalnya darimana mas?” Tanya saya kepada seorang pramusaji. Dugaan saya sih soto lokal alias dari Jakarta. Tapi melihat wujud sotonya yang berbeda dengan soto “Jakarta” saya jadi ragu. Sebab sepengingat saya rerata soto Jakarta kuahnya menggunakan santan. Ini kalau tak salah lho, jadi boleh dikoreksi.

 

Ternyata memang dugaan saya salah. Asal Soto Kriuk adalah Kota Solo. Owalah, jadi pantas saja tampilan si soto begitu, agak-agak mirip dengan soto Kudus dan sebangsanya. Ya toh, meski berbeda daerah dengan soto Kudus atau tauto Pekalongan, masih sama-sama berasal dari Pulau Jawa daerah Tengah. Hal yang juga membuat saya terkejut bahwa keberadaan soto Kriuk telah lama. Bukan setahun atau dua tahun. Jauh lebih lama lagi. “Kalau di Gambir ini sudah empat tahun. Tapi juga ada di Bandara Soekarno-Hatta,” jelas mas pramusaji. Ada satu lagi yang disebutnya tapi saya lupa.

 

Sambil menikmati soto hingga tandas lalu lanjut bertanya-tanya, bagi saya rasanya lebih nikmat. Mengapa? Karena kita jadi tahu asal muasal dari makanan tersebut. Ya termasuk Soto Kriuk ini. Walau belum lengkap, minimal saya sudah tahu sedikit. Jelasnya sih soto Kriuk bukanlah soto kemarin sore. Ia merupakan produk masakan yang adalah hasil dari proses atau sejarah panjang bagi pemiliknya. Kalau kamu sedang di Stasiun Gambir dan ingin sesuatu yang segar untuk disantap, Soto Kriuk bisa menjadi salah satu pilihanmu. (RS Kramat 128, Kamis, 11 April 2019).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *